Jumat, 24 Desember 2010

Sesekali Menjadi Seorang Kanak-kanak

“Aku selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos”, Sayyid Qutb

Lucu bukan saat kita menjadi kanak-kanak lagi, saat hanya ada keceriaan, kegembiraan, canda dan tawa tanpa air mata yang menyakitkan, tanpa masalah yang terus datang, tanpa beban yang memberatkan. Kita mungkin hanya berpikir sederhana ketika itu, “bagaimana hari ini bisa berjalan asyik dan menyenangkan”. Benar-benar ringan bukan saat kita jadi kanak-kanak.

Kanak-kanak merupakan fase kehidupan kita, dimana semua berawal dari sini, dari tubuh mungil, dari tingkah yang lucu, dari raut wajah yang polos, dari cara berpikir sederhana. Ceria, gembira, tidak ada duka dan kesedihan.

Dimasa itu kita belajar, tentang kehidupan yang menyenangkan, tentang kasih sayang orang tua yang begitu besar, tentang melakukan segala hal tanpa prasangka dan kepentingan apa-apa. Meski kadang sesekali tangis mewarnai itu semua, kemarahan atas kemauan yang sekejap, namun setelah itu kembali senyum dan tertawa seperti semula. Itulah mungkin masa kita dulu tanpa banyak Tanya namun banyak beraksi.

Tapi benarlah, tak mungkin selamanya kita jadi seorang kanak-kanak, kita semakin tumbuh jadi seorang dewasa, yang punya tanggung jawab, beban, dan masalah yang harus kita selesaikan sendiri. Memang akan terasa berat, namun inilah fase-fase kehidupan yang harus kita jalani.

Jadilah bocah dirumah mu

Seperti aliran air, kita berenang menuju pencapaian karya-karya. Seperti batu karang, kita bertahan menghadapi hempasan. Dalam semua itu, kita tidak harus selalu menyikapi itu dengan serius habis-habisan. Dalam arti bukan tidak ada kegembiraan, atau keceriaan didalamnya, bukan tidak ada canda, bukan tidak ada ruang untuk bermain, dalam segala kewajaran, ya bermain.

Bermain seperti halnya kanak-kanak, melepas segala kesepian, dan kebosanan. Menumpahkan segala sisi kepolosan dan kekanakan, dengan lugu dan riang, ketika kita juga melepaskan kelemahan-kelemahan dengan aman, ketika kita takut untuk merasa diri kita bukan siapa-siapa. Semua itu terwujud dirumah kita. Ayah, ibu, istri, suami, anak-anak, keluarga adalah penampung semua itu.

Seperti halnya yang dikatakan Umar bin Khattab ra
“jadilah engkau bocah dihadapan istri mu, tapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu”

tak apa sesekali jadi seorang kanak-kanak, yang polos dan tak banyak prasangka. Karena kita butuh sejenak untuk melepas kepenatan dunia, untuk membuka ruang-ruang yang tertutup karena begitu banyak masalah, karena kita butuh cara untuk meringankan beban hati ini. Agar sekedar nantinya bisa kembali tersenyum untuk orang lain.

“Menjadi kanak-kanak adalah menjadi diri kita seutuhnya, apa adanya, tanpa prasangka dan kepentingan “

0 komentar:

Tambahkan Emoticon Berikut Ini Ke Dalam Komentar Anda. Caranya Cukup Dengan Mengetik Kode Yang Berwarna Biru Di Samping Kanan Emoticon Tersebut.Ingin pasang emoticon ONION HEAD di kotak komentar blog anda ?Klik disini.

:0 :10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63 :64 :65
:66 :67 :68
:69 :70 :71 :72
:73 :74 :75 :76
:77 :78 :79 :80
:81 :82 :83
:84 :85 :86 :87
:88 :89 :90 :91
:92 :93 :94 :95
:96 :97 :98 :99

Posting Komentar